Ramadhan Datang Lagi


''Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kamu bertakwa” (QS. Al Baqarah: 183)

Allhamdulillah!! Ramadhan masih bisa kutemui lagi. Bulan yang penuh berkah, bulan penuh pengampunan dan bulan yang selalu dinanti-nanti kaum muslim. Bulan yang sangat bagus dalam melakukan berburu kebaikan. Bulan yang mampu menandingi beribu-ribu bulan dalam beramal. Itulah baiknya bulan Ramadhan. Dan 2012 ini aku masih bias mencium aromanya.

Walaupun tahun ini tidak bisa menikmati hari pertama puasa di rumah, tepatnya di Lombok. Bersama keluarga dan menghabisi malam setelah habis Tarawih dengan teman-teman sekampung. Itu tidak akan mengurangi berkahnya bulan Ramadhan. Toh disini masih ada sahabat atau keluarga baru yang menemani. Dan kita akan selalu mengisi. Inilah yang dinamakan proses. Sebuah proses menuju tujuan yang kita amini.

Sebenarnya apa yang membuat kita selalu merindu pada bula Ramadhan ini? Apa karena makanan yang enak, sperti adanya ta’zhilnya atau suara petasan yang berkumandan setiap malamnya? Tapi itu hanyalah salah satu faktor saja menurutku. Karena ada yang lebih dari itu dan selain pahala yang berlimpah-limpah. Yaitu kebersamaanya, karena dalam berbuka kita hanya sendiri, maka akan hambar rasanya.

Coba bayangkan dalam keluarga saja pada hari biasa, aku tidak selalu makan secara bersama. Kami melakukan undang-undang hidup (makan) biasanya sendiri-sendiri. Tergantung kapan lapar datang, atau karena ada kesibukan di luar rumah sehingga tidak makan di rumah. Tetapi bulan Ramadhan menciptakan hal yang berbeda, dengan merekatkan suatu kelompok dengan kebutuhan yang datang secara bersamaan. Seperti berbuka dan sahur.

Ada perhatian yang lebih dari seorang Ibu. Dengan memberikan sajian yang sangat luar biasa pada saat Ramadhan. Seperti dengan adanya minuman ber-es untuk menyegarkan tenggorokan yang kering. Kemudian selalu ada opor, entah itu ayam, telur, tahu, tempe dan sebagainya yang sekiranya mampu membuat lidah bergoyang akan kenikmatannya. Selain itu ada korma yang biasanya tidak pernah ada di rumah, dan hanya ad di bulan Ramadhan.

Aku merindukan panggilan sahur dari mushola yang ada di dekat rumah. Yang liriknya seperti ini: 

Yok kita bangun sahur
         Nanti keburu imsak
        Daripada terlambat
       Yok kita bangun sahur

Begitulah panggilan sahur yang ada di lingkungan rumahku. Sewakutu masih SMP panggilan sahur ini sudah ad. Dan aku pernah melantunkannya saat bulan Ramadhan. Waktu itu aku selalu begadang saat Ramadhan untuk dapat melakukan panggilan sahur. Dan sebelum sahur diisi dengan bermain bola di bawah lampu jalan, disebuah perempatan dekat masjid.

Tapi itu sekedar kenikmatan mengisi waktu luang dalam bulan Ramadhan. Yang paling penting dalam bulan Ramadhan adalah bagaimana kita belajar menahan nafsu yang dapat merugikan orang lain. Menahan nafsu dari makan dan minum. Dan bagaimana caranya kita dapat melakukan banyak kebaikan di bulan yang suci ini.

Ramadhan kali ini harus lebih baik dari tahun yang lalu. Ini juga merupakan latihan untuk memimpin diri sendiri, agar tidak mudah tergoda dengan hal-hal yang dapat membatalkan puasa. Semoga sukses dah pokoknya. 

Hidup Ramadhan!! Hidup Ramadhan!! Hidup Ramadhan!!

 

Pondok Pesantren Bukanlah Penjara

Add caption
Judul Novel: Negeri 5 Menara
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit : Agustus 2010
Kota Terbit : Jakarta
Jumlah Halaman : 424 hal

          Sebuah novel yang mengisahkan tentang persahabatan lahir kembali di tanah air. Selain itu novel ini juga mengisahkan keteguhan seorang anak menggapai mimpinya untuk dapat menjamah Negara lain.

Dalam setengah perjalanan membaca novel negeri 5 menara, saya mulai merasa novel ini mirip dengan novel Harry Potter karya J.K Rowling. Mengapa demikian? Karena novel karya A.Fuadi ini bercerita tentang kehidupan di pondok madani (PM) sebagai tempat mempelajari ilmu agama dan cara hidup. Kalau novel Harry Potter mengisahkan tentang seorang anak (baca:Harry Potter) yang mempelajari ilmu sihir di Hogwart. Itulah kesan pertama yang saya dapatkan. Masalah kesamaan ini tidak akan saya bahas.

Dalam novel ini kita akan banyak melihat bagaimana keunikan sebuah pondok dalam membangun kekreatifan santri dan bagaimana seorang santri mampu mengembangkan minat dan bakatnya.

Spirit belajar sang tokoh yaitu Alif, dipengaruhi oleh para sahabatnya dan para guru/ustad yang selalu memberi motivasi. Sehimgga ia sangat semangat menjalani kehidupannya di PM, seperti mengikuti aturan, kegiatan yang lumayan padat, serta menghadapi ujian yang menguras tenaga dan otak.

Novel ini juga seolah-olah membiaskan kita akan keterbelakangan sebuah pondok pesantren. Karena kebanyakan orang awam yang minim pengetahuannya akan pondok pesantren, monomer duakan pondok pesantren dalam menuntut ilmu. Dengan anggapan bahwa di pondok kita tidak dapat hidup bebas karena banyaknya aturan.

Aturan-aturan yang ketat dan kegiatan di PM yang padat, disajikan dengan menarik. Penulis berusaha menyadarkan pembaca bahwa ketatnya aturan dan padatnya kegiatan dapat diatasi dengan tekad yang kuat. Karena hal tersebut bagian dari sebuah proses. Apa lagi dia selalu menggenggam sebuah mantra kesayanganya yaitu Man Jadda Wajada, siapa yang bersungguh-sungguh akan mendapatkan hasil.

Cara belajar bahasapun memang dipaksakan di PM ini. Tetapi itu merupakan kurikulum belajar dari PM sendiri. Dengan keseharian menggunakan bahasa inggris atau arab. Tanpa boleh menggunakan bahasa Indonesia satu katapun. Jika ketauan menggunakan bahasa Indonesia akan mendapatkan hukuman dari para pemegang hokum PM. Dan inilah yang akan menjadi sebuah efek jera yang akan mendorong seseoran agar mampu menguasai bahasa asing agar tidak kena hukum lagi.

Melatih kemampuan berbahasa asing memang sangat dibutuhkan. Karena didunia ini kita hidup sendiri. Untuk itu PM melatih kemampuan berbahasa asing kepada santrinya. Khususnya bahasa Arab dan bahasa Inggris yang merupakan bahasa global.

Seorang santri akan sangat sering berinteraksi dengan teman sekamarnya. Disinilah persahabatan mulai dibangun untuk menghilangkan rasa sepi. Alif mendapatkan sahabat yang senantiasa mendampinginya hingga kelulusan dari PM. Tanpa sahabat Alif mungkin tidak akan mampu mengatasi kesehariannya di pondok. 

Penulis menciptakan ruang persahabatan yang harmonis. Dimana latar belakang, karakter, dan minat mereka berbeda-beda. Tetapi mereka mampu saling mengisi, dan mereka belajar memahami antara yang satu dan yang lainnya.

Begitulah kehidupan pondok pesantren yang dihadirkan oleh penulis untuk pembaca. Bahwa segala yang ada di pondok pesantren tidak seperti sepengetahuan orang awam. Jangan meremehkan pondok pesantren seperti yang dilakukan Alif pada bab-bab awal buku ini. Jika kita mau berusaha menjalaninya pasti akan diberikan jalan oleh Allah S.W.T.

Keteguhan menamatkan pendidikannya dirinnya di PM berbuah manis. Walaupun proses kesuksesannya tidak hadirkan secara rinci. Tetapi yang kita ketahui bahwa si Alif berhasil menjadi seorang wartawan di Amerika.


 

Gambaran Tengah Malam

Gambar ini dibuat atas dasar kegalauan, galau bagaimana menghadirkanmu di hadapanku.