OPAK (Orientasi Pengenalan Akademik Kampus) 2010

Video ini merupakan kumpulan foto sahabat/i Korp ARIMAJA (Angkatan Revolusioner Islam Mahasiswa Jogja). Dimana foto-foto ini diambil pada saat pelaksanaan OPAK (Orientasi Pengenalan Akademik Kampus)2010.
 

Film Dokumenter PMII Humaniora Park (FISHUM UIN SUnan Kalijaga Yogyakarta).wmv

Film ini dibuat pada Januari 2012, oleh warga PMII Rayon Humaniora Park (FISHUM UIN SUnan Kalijaga Yogyakarta). Film ini mengisahkan tentang sejarah berdirinya PMII Fishum, juga ada kesaksian dari para sahabat-sahabati warga Rayon Humaniora Park, uin Yogyakarta. Film ini juga mengetengahkan kegiatan-kegiatan yang ada Di PMII FIshum, UIN Sunan Kalijaga YOGYAKARTA. (dokumentasi PMII Rayon Fak. Ilmu Sosial dan Humaniora, Komisariat UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta,
 

Siluet Waktu


Getar dan getir suara dari segala penjuru
Membelah aliran angin yang rapi
Tubuhmu yang terombang ambing menggeliat kehilangan tulang

Gerak yang tidak bisa terbaca waktu
Menghempaskan penampakan yang sudah terencana
Membubarkan barisan-bariisan yang menusuk bumi pertiwi

Senja pagi ini seharusnya mengundang gemuruh
Tapi sayang senja hanya diam membisu
Mengabaikan pesan malam yang seharusnya menjadi janji kita

Tulang belulangmu tidak akan sempat aku bawa pulang
Tinggal menunggu dirayapi orang-orang kelaparan
Jejakmu yang tampak jelas lambat laun akan hilang
Aroma keringatmu disengat tajamnya mentari

Jika esok waktuku berpulang untuk menghatamkan jasad
Sempatkan menuai cerita-cerita malam
Sempatkan menebar benih-benih ilalang
 

Latar Belakang Kelahiran Metode Penelitian Studi Kasus (kelompok Pengkolan)


        Metode penelitian studi kasus merupakan metode yang di kembangkan oleh sosiolog asal Prancis yaitu Emile Durkheim. Perkembangan fenomena-fenomena di dalam masyarakat mengakibatkan lahirnya studi kasus. Dimana fenomena sosial ini adalah suatu fakta yang terjadi di masyarakat. Menurut Emile Durkheim fakta sosial terdiri dari struktur sosial, norma budaya, dan nilai yang berada di luar dan memaksa aktor Studi kasus adalah penelitian yang menempatkan sesuatu obyek yang dapat disebut sebagai kasus.

Metode studi kasus ini sendiri masih dalam perdebatan, karena ada dua pandangan atau dua kelompok yang berbeda dalam memahami studi kasus. Kelompok pertama berpendapat bahwa penelitian studi kasus merupakan penelitian yang dilakukan terhadap obyek atau sesuatu yang harus diteliti secara menyeluruh, utuh dan mendalam. Kasus yang yang diteliti harus dipandang sebagai kasus yang berbeda. Sedangkan, kelompok yang kedua berpendapat bahwa penelitian studi kasus adalah sebuah metode penelitian yang dibutuhkan untuk meneliti atau mengungkap secara utuh dan menyeluruh terhadap kasus meskipun tampaknya hampir sama dengan kelompok yang yang pertama. Kelompok ini berangkat dari kasus yang menarik untuk diteliti. Dengan kata lain metode studi kasus ini hanya melihat dari perspektif kita sebagai peneliti mengungkap sebuah peristiwa.

Penelitian studi kasus sangat tepat digunakan pada penelitian yang bertujuan menjawab pertanyaan ‘bagaimana’ dan ‘mengapa’ (Yin, 2003a, 2009) terhadap sesuatu yang diteliti.Penelitian studi kasus tidak tepat digunakan pada penelitian eksploratori, yaitu penelitian yang berupaya menjawab pertanyaan ‘siapa’, ‘apa’, ‘dimana’, dan ‘seberapa banyak’, sebagaimana yang dilakukan pada metoda penelitian eksperimental (Yin, 2003a; 2009).

Menurut Yin (2003a; 2009), kasus di dalam penelitian studi kasus bersifat kontemporer, masih terkait dengan masa kini, baik yang sedang terjadi, maupun telah selesai tetapi masih memiliki dampak yang masih terasa pada saat dilakukannya penelitian.

Dari sifatnya yang kontemporer ini kita bisa mengetahui bahwa metode studi kasus mampu melakukan pembacaan terhadap fakta-fakta yang terjadi di dalam masyarakat.

Anggota kelompok:
Pendi Setyo Budi
Darul Fauzi
Puspo Reni Rahayu
Resar Arias Putra
Kusnadi Pramana


 

Mempertahankan Sosok Soe Hok Gie


Soe Hok Gie adalah sosok demonstran pada masa pasca kemerdekaan, sekaligus saksi pemindahan kekusaan Soekarno ke Soeharto. Gie merukan pemuda yang kritis, idealis, dan nasionalis. Walaupun dia merupakan keturunan Tionghoa, namun nasionalis dalam dirinya tidak pernah luntur. Hal itu karena rasa cintanya kepada Indonesia sebagai tempat kelahirannya. 

Masa-masa kecilnya dipenuhi dengan kegiatan yang sifatnya edukatif seperti membaca. Ia sangat senang membaca sejarah dan cerita-cerita pewayangan. Kemandirian belajarnya tidak lepas dari persaingan dengan saudaranya untuk merebut perhatian orang tua mereka. Sehingga semangat belajarnya terkesan karena sakit hati. 

Gie tinggal di tempat yang kumuh, dimana tempat itu merupakan tempat tinggal tukang becak, pedagang atau rakyat kecil. Hal ini merupakan bagian yang mempengaruhi cara pandang Gie melihat realita, atau memahami adanya perbedaan kelas yang sangat jauh dalam suatu negara. 

Dalam masa-masanya, Gie sering menemukan banyak kejanggalan yang terjadi di Indonesia. Seperti kehidupan yang hedon dari para birokrat di tengah-tengah kesenjangan sosial, pembunuhan terhadap orang-orang PKI (Partai Komunis Indonesia). Dan hal ini mampu ia kritisi dengan bahasa yang berani dan tajam. Tanpa ada ketakutan dalam menyuarakan apa yang dia lihat.

Kita telah ditinggalkan oleh masa-masa peralihan dari penjajahan ke kemerdekaan, kita juga telah meninggalkan masa orde baru, dimana masa ini kebebasan berpendapat dibatasi dan kuasa negara hanya milik pemerintah. Dan kini kita  hidup di negara yang menggunakan sistem demokrasi, sistem yang membebaskan kita untuk berpendapat, dan kuasa negara adalah milik rakyat. 

Tetapi sistem ini belum mampu difungsikan dan dimanfaatkan oleh negara maupun rakyat secara nyata. Dimana negara belum mampu mengembalikan apa yang menjadi hak rakyat seutuhnya, dan rakyat, khususnya para pemuda belum bisa menciptakan sebuah karya yang mampu mengubah kebobrokannya negara. 

Hal ini menjadi kegelisahan kita bersama. Jika Gie mampu menyuarakan aspirasi rakyat dengan berani pada masa yang suram. Seharusnya kita tidak hanya menyuarakan tetapi mampu menciptakan hal-hal baru dan bermanfaat untuk kehidupan bersama.

Melihat keaadaan Indonesia saat ini, memang terlihat adem ayem. Tidak terlihat adanya permasalahan apapun. Tidak jarang pemuda yang berada di jalanan untuk memnyuarakan aspirasi rakyat dianggap sebagai pembuat onar dan kurang kerjaan. Sedangkan pemuda yang berada di tempat-tempat dugem, mal, dan pemuda yang menghabiskan waktunya di tempat nongkrong dianggap sebagai hal yang wajar karena masih menikmati masa mudanya.

Tempat-tempat yang menawarkan hasrat atau kesenangan pribadi memang lebih banyak saat ini dari pada tempat-tempat yang mengembangkan cara pikir dan cara pandang seseorang. Dimana mall lebih banyak dari pada perpustakaan, taman-taman dipenuhi orang pacaran ketimbang orang diskusi keilmuan dan komunitas alay (yang keberadaanya untuk mempertahankan golongan atau kesenangannya) lebih banyak dari pada komunitas yang mementingkan kepentingan orang banyak (kepentingan di luar gologannya).

Hal ini yang membedakan keaadaan masa Gie dengan masa kita sekarang ini. Seolah-olah kita sedang berada pada penjara yang membatasi kekreatifitasan, dan membatasi kepedulian kita pada orang lain. 

Soekarno pernah berkata, berikan aku sepuluh pemuda, maka akan kugoncangkan dunia. Ini merupakan harapan atau kepercayaan Soekarno pada pemuda Indonesia. 

Sebagai pemuda yang produktif, sudah saatnya kita mencoba untuk merubah cara pandang kita untuk menjalani hidup. Mencoba menghadirkan sosok Gie pada diri kita, sehingga kita mampu memnjadi pemuda yang kritis, nasionalis, dan idealis. Semata-mata bergerak dan bertindak untuk kepentingan untuk orang banyak. Siapa lagi yang akan meneruskan perjuangan para pendahulu kita kalau bukan kita sendiri. Semua yang kita terima saat ini tidak muncul dengan sendirinya. 

Gie sebagai salah satu pemuda yang memiliki rasa nasionalis  tinggi, harus kita apresiasi, dan patut kita tanamkan dalam diri. Orang yang keturunan tionghoa saja memiliki kecintaan kepada Indonesia, apa lagi kita yang merupakan keturunan asli pribumi.



 

Pandawa 5


1. Yudistira
Yudistira merupakan saudara para Pandawa yang paling tua. Ia merupakan penjelmaan dari Dewa Yama dan lahir dari Kunti. Sifatnya sangat bijaksana, tidak memiliki musuh, dan hampir tak pernah berdusta seumur hidupnya. Memiliki moral yang sangat tinggi dan suka mema’afkan serta suka mengampuni musuh yang sudah menyerah. Memiliki julukan Dhramasuta(putera Dharma), Ajathasatru (yang tidak memiliki musuh), dan Bhārata (keturunan Maharaja Bharata). Ia menjadi seorang Maharaja dunia setelah perang akbar di Kurukshetra berakhir dan mengadakan upacara Aswamedha demi menyatukankerajaan-kerajaan India Kuno agar berada di bawah pengaruhnya. Setelah pensiun, ia melakukan perjalanan suci ke gunungHimalaya bersama dengan saudara-saudaranya yang lain sebagai tujuan akhir kehidupan mereka. Setelah menempuh perjalanan panjang, ia mendapatkan surga.

2. Bima
Bima merupakan putra kedua Kunti dengan Pandu. Nama bhimā dalam bahasa Sanskerta memiliki arti "mengerikan". Ia merupakan penjelmaan dari Dewa Bayu sehingga memiliki nama julukan Bayusutha. Bima sangat kuat, lengannya panjang, tubuhnya tinggi, dan berwajah paling sangar di antara saudara-saudaranya. Meskipun demikian, ia memiliki hati yang baik. Pandai memainkan senjata gada. Senjata gadanya bernama Rujakpala dan pandai memasak. Bima juga gemar makan sehingga dijuluki Werkodara. Kemahirannya dalam berperang sangat dibutuhkan oleh para Pandawa agar mereka mampu memperoleh kemenangan dalampertempuran akbar di Kurukshetra. Ia memiliki seorang putera dari ras rakshasa bernama Gatotkaca, turut serta membantu ayahnya berperang, namun gugur. Akhirnya Bima memenangkan peperangan dan menyerahkan tahta kepada kakaknya, Yudistira. Menjelang akhir hidupnya, ia melakukan perjalanan suci bersama para Pandawa ke gunung Himalaya. Di sana ia meninggal dan mendapatkan surga. Dalam pewayangan Jawa, dua putranya yang lain selain Gatotkaca ialah Antareja dan Antasena.

3. Arjuna 
Arjuna merupakan putra bungsu Kunti dengan Pandu. Namanya (dalam bahasa Sanskerta) memiliki arti "yang bersinar", "yang bercahaya". Ia merupakan penjelmaan dari Dewa Indra, Sang Dewa perang. Arjuna memiliki kemahiran dalam ilmu memanah dan dianggap sebagai ksatria terbaik oleh Drona. Kemahirannnya dalam ilmu peperangan menjadikannya sebagai tumpuan para Pandawa agar mampu memperoleh kemenangan saat pertempuran akbar di Kurukshetra. Arjuna memiliki banyak nama panggilan, seperti misalnya Dhananjaya (perebut kekayaan – karena ia berhasil mengumpulkan upeti saat upacara Rajasuya yang diselenggarakanYudistira); Kirti (yang bermahkota indah – karena ia diberi mahkota indah oleh Dewa Indra saat berada di surga); Partha (putera Kunti– karena ia merupakan putra Perta alias Kunti). Dalam pertempuran di Kurukshetra, ia berhasil memperoleh kemenangan danYudistira diangkat menjadi raja. Setelah Yudistira mangkat, ia melakukan perjalanan suci ke gunung Himalaya bersama para Pandawa dan melepaskan segala kehidupan duniawai. Di sana ia meninggal dalam perjalanan dan mencapai surga.

4. Nakula
Nakula merupakan salah satu putera kembar pasangan Madri dan Pandu. Ia merupakan penjelmaan Dewa kembar bernama Aswin, Sang Dewa pengobatan. Saudara kembarnya bernama Sadewa, yang lebih kecil darinya, dan merupakan penjelmaan Dewa Aswinjuga. Setelah kedua orangtuanya meninggal, ia bersama adiknya diasuh oleh Kunti, istri Pandu yang lain. Nakula pandai memainkan senjata pedang. Dropadi berkata bahwa Nakula merupakan pria yang paling tampan di dunia dan merupakan seorang ksatria berpedang yang tangguh. Ia giat bekerja dan senang melayani kakak-kakaknya. Dalam masa pengasingan di hutan, Nakula dan tiga Pandawa yang lainnya sempat meninggal karena minum racun, namun ia hidup kembali atas permohonan Yudistira. Dalam penyamaran di Kerajaan Matsya yang dipimpin oleh Raja Wirata, ia berperan sebagai pengasuh kuda. Menjelang akhir hidupnya, ia mengikuti pejalanan suci ke gunung Himalaya bersama kakak-kakaknya. Di sana ia meninggal dalam perjalanan dan arwahnya mencapai surga.

5. Sadewa 
Sadewa merupakan salah satu putera kembar pasangan Madri dan Pandu. Ia merupakan penjelmaan Dewa kembar bernama Aswin, Sang Dewa pengobatan. Saudara kembarnya bernama Nakula, yang lebih besar darinya, dan merupakan penjelmaan Dewa Aswin juga. Setelah kedua orangtuanya meninggal, ia bersama kakaknya diasuh oleh Kunti, istriPandu yang lain. Sadewa adalah orang yang sangat rajin dan bijaksana. Sadewa juga merupakan seseorang yang ahli dalam ilmu astronomi. Yudistira pernah berkata bahwa Sadewa merupakan pria yang bijaksana, setara dengan Brihaspati, guru para Dewa. Ia giat bekerja dan senang melayani kakak-kakaknya. Dalam penyamaran di Kerajaan Matsyayang dipimpin oleh Raja Wirata, ia berperan sebagai pengembala sapi. Menjelang akhir hidupnya, ia mengikuti pejalanan suci ke gunung Himalaya bersama kakak-kakaknya. Di sana ia meninggal dalam perjalanan dan arwahnya mencapai surga.

http://id.wikipedia.org/wiki/Pandawa
 

Si Kecil Uma*


Uma, usiamu kini semakin bertambah. Beliamu kini adalah anugrah. Kepolosanmu mewarnai keluarga yang kian menua. Kehadiranmu di tengah-tengah keluarga yang besar ini, bukan sebagai pelengkap saja. Dan juga bukan untuk menciptakan bencana. Kau sebagai penopang, semakin menua keluarga ini maka akan mudah lumpuh.

Kenakalan-kenakalanmu sering kaling bikin orang jengkel. Tapi tidak mengapa usiamu yang masih dini mengharuskanmu untuk berani mencoba, jikapun itu salah. Agar kamu dapat menemukan jati dirimu. Semakin banyak melakukan kesalahan, semakin banyak pula pelajaran yang kau dapat. Jangan pernah berhenti bergerak Uma. 

Coba lihat tembok-tembok putih yang kau coreti itu. Begitu banyak garis melengkung, lurus, dan ada juga garis-garis yang berbentuk. Dan garis-garis yang berbentuk itu ada yang kau sebut hewan, pesawat, pohon dan banyak lainnya. Tapi mata orang-orang tidak mampu menganggap itu seperti yang kau kira. Apakah karena kau yang tidak bisa menggambar, ataukah orang-orang ini yang terlalu objektif dalam melihat sesuatu? 

Jika nanti ada rezeki, aku ingin mengajakmu jalan-jalan. Mengajakmu melihat birunya lautan, lembutnya pasir pantai, hijaunya hutan, tingginya gunung. Pokoknya kamu melihat hal-hal yang baru diluar sana. Sehingga kamu mempunyai cerita untuk teman-temanmu. Dan kamu mengekspresikan pengalamanmu melalui coretan dinding.

Malam telah tiba, sperti biasa kau masih saja susah tidur. Masih saja senang berlari-lari mengelilingi rumah. Tapi itu wajar untuk anak seusiamu yang masih belum mengenal batasan kemampuan, sehingga menggunakan semua tengamu untuk bermain-main sepuas hatimu. Teruslah bermain, karena itulah kamu.
Jika kau sudah tertidur, tidak jarang kau terbangun ditengah malam. Membuat orang-orang bangun. Salah satu kenakalan yang akan selalu dikenang nantinya jika kau dewasa. 

Fajar yang terang membuka matamu yang lemah dan lembut. Terbuka dengan perlahan, melihat sekitarmu dan kemudian tersenyum. Melihat masih ada orang-orang disekitarmu yang menunggu kenakalanmu dihari ini. Karena kenakalan-kenakalan yang kau perbuat adalah kehidupan untuk orang-orang yang ada disekitarmu.

Jika kelak kau dewasa, tetaplah berbakti pada orang tuamu, dan orang-orang yang ada disekitarmu. Tetaplah menjalin hubungan yang baik dengan Tuhan, menyatulah dengan alam, dan temukan orang-orang baru diluar sana. Semua itu akan menjadikan dirimu menjadi orang yang bijak dan akan memberikan kehidupan untuk dirimu sendiri.

Jangan menjadi orang yang rakus, tetap berbagi. Jika ada orang yang berusaha memanfaatkan kebaikanmu kelak, jangan hanya diam saja, lakukan perlawanan. Jika hak-hakmu direbut, rebut kembali dengan perlawananmu. Kamu itu harus menjadi orang yang baik Uma, bergerak atas dasar nurani. Jangan pernah mengubah nuranimu menjadi tirani. Ingat itu Uma!!!

*: Terinspirasi dari rayon hUMAniora Park.
 

Gerimis Tengah Malam



Tengg…. Teng…Teng…

Suaratianglistrik yang dipukul dengan batu oleh petugas kamling, dan suaranya cukup melengking di telinga.Hal itu dilakukan setiap malam. Entah apa tujuannya, mungkin untuk member tanda bahwa tengah malam telah datang, mungkin membangunkan warga untuk solat tahajud, atau mungkin saja untuk menakuti pencuri yang akan melakukan aksinya.

Seusai memukul tiang listrik, biasanya petugas kamling mengambil jimpitan yang ada di depan rumah warga. Jimpitan merupakan tradisi yang dilakukan untuk mengumpulkan uang. Dan kesepakatanisijimpitan di daerah kontrakanku sebesar Rp300,00 per rumahnya. Hasil jimpitan dilaporkan pada rapat warga yang biasa dilakukan satubulan sekali.

Mataku masih terpaku pada laptop, jemariku masih asik menari diatas keyboard. Menyelesaikan tugas kuliah yang  sering aku tunda untuk diselesaikan. Jadi mau tidak mau harus lembur semalaman. Kalau saja tidak ditunda, tubuh ini seharusnya sudah terebahkan di atas kasur pada sebuah kamar yang pengap dan berantakan.

Tiba-tiba terdengar suara tetesan air dari atas atap yang terbuat dari seng. Ternyata gerimis sedang berkunjung. Padahal kemarin mendung tidak pernah menyapa. Dan malam ini menjadi awal dari kedatangan gerimis.

Jangan dihiraukan sajalah. Keadaan alam memang susah ditebak, kadang panas, kadang dingin, kadang cerah, kadang gelap, membuat tubuh ini susah untuk menyesuaikan diri. Jadinya gampang sakit. Tidak jauh beda dengan iklim politik saat ini, yang dengan seenaknya menggonta ganti kebijakan sesuka hatinya. Dia yang membuat, dia yang mengatakan salah. Tidak konsisten.

Mataku semakin melayu saja rasanya. Ingin rasanya cepat tidur. Teman-teman satu kontrakan sudah menikmati mimpinya masing-masing. Hanyaaku yang masih menemani malam. Tapi aku yakin di luar sana masih banyak orang yang menikmati malam. Pemuda pemudi yang hedon dan cinta pada dunia gemerlap mungkin masih setia pada malamnya. Dan juga, di kota besar seperti Jogja ini ada orang-orang yang sedang tertidur bersama malam di emperan toko yang beralaskan keramik.

Miris sekali keadaan negri ini. Ketika banyak gedung-gedung mewah bertebaran, tetapi masih ada orang yang belum bias menikmati tidur di dalam ruangan. Siapa yang mau disalahkan dalam hal ini? Apakah aku harus mempersalahkan mereka karena malas bekerja dan bodoh sehingga tidak mampu mendapatkan kehidupan yang layak.Atau aku harus mempersalahkan orang-orang yang memegang system, sehingga banyak orang yang tidak mampu bersekolah dan pada akhirnya mengakibatkan mereka bodoh. Jika aku persalahkan kalian semua, lalu siapa yang benar?

Sekitar pukul 04.15 pagi, terdengar suara grusak grusuk dari depan kontrakan. Aku piker itu seekor kucing yang sedang mencari makan. Setelah aku intip dari jendela, ternyata seorang ibu-ibu sedang memulung. Lalu terbayang dalam otak ini, seandainya ibuku yang berada di posisisi si pemulng. Apa yang menjadi alasannya? Sudah pasti untuk memenuhi kebutuhan pokok keluarganya. Karena orang miskin yang hidup di kota besar tidak mampu hanya mengandalkan pendapatan dari kepala keluarga saja. Yahh…. Begitulah nasib menjadi orang yang tidak mampu di kota besar, harus kerja extra jika ingin bias hidup.

Seorang temanku sudah bangun. Biasanya ia akan melaksanakan solat subuh.

“Kamu belum tidur dari semalam?” sapanya.

“Aku ingin menemani malam, aku akan tidur jika fajar sudah datang.” Jawabku.

 

Sekali Saja


       Ada anggapan bahwa seorang aktivis tidak boleh galau karena cinta. Karena seorang aktivis adalahseseorang menentang ketidak adlian dan penindasan terhadap orang lain. Ketika seorang aktivis galau karena cinta maka ia telah mengedepankan egonya, bukan mengedepankan kepentingan orang lain. Dan akuakui hal itu memang benar. 

Tapi untuk kali ini saja aku ingin galau, karena orang itu pantas untuk digalaukan. Dia terlalu spesial, terlalu baik, dan kesederhanaannya yang membuatku suka. (maaf jika terlalu lebay dalam mendefinisikannya). Ketika aku merasa sudah tidak punya kesempatan untuk memilikinya aku ingin menggalau dan menyanyikan sekali saja lagu ini untuk menemani kegalauanku:

tahukah hatiku galau
tak tahu harus melangkah
sejak pertama mata jatuh menatap
hatiku tak pernah dusta

bila cintaku ini salah
hatiku tetap untukmu
namun kenyataannya parah
dirimu tak pernah untukku

mencoba lupakan keinginan hati
namun tak ingin ku menyerah
tapi mengapa bila ku mendekat
rasanya semakin jauh

bila cintaku ini salah
hatiku tetap untukmu
namun kenyataannya parah
dirimu tak pernah untukku
ternyata ku hanya bisa ooo
menggapaimu di mimpiku

namun kenyataannya parah
dirimu (dirimu) tak pernah untukku

(bila cintaku ini salah
hatiku tetap untukmu
namun kenyataannya parah
dirimu) dirimu (tak pernah untukku)

bila cintaku ini salah
hatiku tetap untukmu
namun kenyataannya parah
dirimu tak pernah untukku
dirimu tak pernah untukku


Ini lagunya>>>>>>
 

Tersesat Belum Tentu Salah



“Tersesat di jalan yang benar.”

Begitulah sebuah kalimat yang sempat aku dengar dan masih menempel di otakku. Sebuah kalimat yang seolah-olah membenarkan langkahku. Sebuah kalimat yang mendorongku untuk tetap maju. Mungkin kalimat ini yang membuatku bertahan di tempat ini. Dan mungkin saja aku mendapatkan banyak hal dari kalimat itu.

Sepengatahuanku tersesat merupakan suatu kesalahan, karena melenceng dari tujuan awal yang diharapkan. Sehingga mau tidak mau harus kembali ke awal untuk menemukan jalan yang benar. Tetapi makna dari kata tersesasat dari kalimat ini berbeda. Kata tersesat ini mencoba atau membenarkan kesalahan yang ada, karena ketersesatan yang kita dapatkan adalah ketersesatan pada sebuah kebenaran yang bermanfaat bagi orang-orang yang tersesat tersebut.

Dulu aku akui memang sering mengalami ketersesatan sehingga harus kembali ke awal. Hal ini memang membuatku merasa capek dan tidak jarang enggan untuk mencoba lagi. Tetapi ketersesatan tidaklah harus kembali keawal, tetapi mencoba mencari jalan baru dari ketersesatan itu.
Semangat orang badui sepertinya harus di tanam dsini. Dimana mereka selalu semangat untuk menemukan tempat baru yang bisa mereka singgahi. Masuk dari kota ke kota, dari desa ke desa dan melintasi gurun yang luas menjadi tantangan yang berat. Mereka tidak pernah memikirkan akan tersesat,  karena perjalanan yang mereka lakukan dianggap benar. Berjalan terus dengan tujuan yang mereka junjung, sampai menemukan tempat yang layak untuk disinggahi. 

Jalan baru yang diharapkan pasti akan dating, jika semangat tetap dijaga. Dan menghargai apa yang ada di sekitar kita. Berjalan dengan langkah yang tepat dan tidak ragu dalam mencoba hal-hal yang baru.