Suaratianglistrik yang dipukul dengan batu
oleh petugas kamling, dan suaranya cukup melengking di telinga.Hal itu dilakukan
setiap malam. Entah apa tujuannya, mungkin untuk member tanda bahwa tengah malam
telah datang, mungkin membangunkan warga untuk solat tahajud, atau mungkin saja
untuk menakuti pencuri yang akan melakukan aksinya.
Seusai memukul tiang listrik, biasanya petugas
kamling mengambil jimpitan yang ada di
depan rumah warga. Jimpitan merupakan
tradisi yang dilakukan untuk mengumpulkan uang. Dan kesepakatanisijimpitan di daerah kontrakanku sebesar
Rp300,00 per rumahnya. Hasil jimpitan dilaporkan
pada rapat warga yang biasa dilakukan satubulan sekali.
Mataku masih terpaku pada laptop, jemariku masih asik menari diatas
keyboard. Menyelesaikan tugas kuliah
yang sering aku tunda untuk diselesaikan.
Jadi mau tidak mau harus lembur semalaman. Kalau saja tidak ditunda, tubuh ini seharusnya
sudah terebahkan di atas kasur pada sebuah kamar yang pengap dan berantakan.
Tiba-tiba terdengar suara tetesan air dari
atas atap yang terbuat dari seng. Ternyata gerimis sedang berkunjung. Padahal kemarin
mendung tidak pernah menyapa. Dan malam ini menjadi awal dari kedatangan gerimis.
Jangan dihiraukan sajalah. Keadaan alam memang
susah ditebak, kadang panas, kadang dingin, kadang cerah, kadang gelap, membuat
tubuh ini susah untuk menyesuaikan diri. Jadinya gampang sakit. Tidak jauh beda
dengan iklim politik saat ini, yang dengan seenaknya menggonta ganti kebijakan sesuka
hatinya. Dia yang membuat, dia yang mengatakan salah. Tidak konsisten.
Mataku semakin melayu saja rasanya. Ingin
rasanya cepat tidur. Teman-teman satu kontrakan sudah menikmati mimpinya masing-masing.
Hanyaaku yang masih menemani malam. Tapi aku yakin di luar sana masih banyak
orang yang menikmati malam. Pemuda pemudi yang hedon dan cinta pada dunia gemerlap
mungkin masih setia pada malamnya. Dan juga, di kota besar seperti Jogja ini ada
orang-orang yang sedang tertidur bersama malam di emperan toko yang beralaskan keramik.
Miris sekali keadaan negri ini. Ketika banyak
gedung-gedung mewah bertebaran, tetapi masih ada orang yang belum bias menikmati
tidur di dalam ruangan. Siapa yang mau disalahkan dalam hal ini? Apakah aku harus
mempersalahkan mereka karena malas bekerja dan bodoh sehingga tidak mampu mendapatkan
kehidupan yang layak.Atau aku harus mempersalahkan orang-orang yang memegang
system, sehingga banyak orang yang tidak mampu bersekolah dan pada akhirnya mengakibatkan
mereka bodoh. Jika aku persalahkan kalian semua, lalu siapa yang benar?
Sekitar pukul 04.15 pagi, terdengar suara
grusak grusuk dari depan kontrakan. Aku piker itu seekor kucing yang sedang mencari
makan. Setelah aku intip dari jendela, ternyata seorang ibu-ibu sedang memulung.
Lalu terbayang dalam otak ini, seandainya ibuku yang berada di posisisi si pemulng.
Apa yang menjadi alasannya? Sudah pasti untuk memenuhi kebutuhan pokok keluarganya.
Karena orang miskin yang hidup di kota besar tidak mampu hanya mengandalkan pendapatan
dari kepala keluarga saja. Yahh…. Begitulah nasib menjadi orang yang tidak
mampu di kota besar, harus kerja extra jika ingin bias hidup.
Seorang temanku sudah bangun. Biasanya ia
akan melaksanakan solat subuh.
“Kamu belum tidur dari semalam?”
sapanya.
“Aku ingin menemani malam, aku akan tidur
jika fajar sudah datang.” Jawabku.



0 komentar:
Posting Komentar